Lanjut nih ya? Lanjut gak? Ato berhenti aja?
Lanjut aja dehh,,
Well, and this the story!
------------------------------------------------------------------------------------------
#TRAANGGG#
Mangkuk kaca berisi bubur yang dibawakan kak alda jatuh dan pecah. “Lu
kenapa Na?” tanya kak alda kaget. “Sorry kak, gw takut bubur... sorry banget ya
Kak” ujarku meminta maaf. “Hahaha... gw kirain kenapa. Aneh ya lo jadi orang”
ucap Kak Alda sambil mengambil sesuatu dari tas yang dibawa nya. “Nih, gw ada
roti. Lo makan ini aja, ntar buburnya gw yang beresin” ucapnya sambil
menyodorkan roti. “Gak papa nih kak?” ucapku gak enakan. “Iya, udah yang
penting lo cepet sembuh aja” jawabnya santai. “Makasih Kak”. Kak Alda
tersenyum.
---------------------------------------------------------------
Setelah sarapan dan minum obat aku minta ijin pulang. Gak nyaman lama2 di
klinik... dan dokter yang bertugas membolehkan. Aku berjalan2 riang menuju
kamar. *kamu tau jalan riang seperti apa? Ya bayangkan itu sesukamu.
“Say you're sorry
That face of an angel
comes out just when you need it to
As I paced back and forth all this
time
'Cause I honestly believed in you”
Tanpa sadar aku terus berjalan
sambil bersenandun lirih.
“Holding on,
the days drag on...
Stupid girl,
I should’ve known
I should have known”
Lanjutku masih berjalan.
“That I'm not a princess,
this ain't a fairytale
I'm not the one you'll sweep off her
feet
Lead her up the stairwell”
Lalu saat aku membuka mulut untuk
melanjutkan tiba2 ada suara yang mendahului bernyanyi.
“This ain't Hollywood,
this is a small town
I was a dreamer before you went and let me down
Now it's too late for you and your white horse
to come around”
Suaranya berhenti. “Yeah! Keren Na” ucap Ray yang tiba2 muncul. Ah! Anak
ini selalu muuncul tiba2. “Dah sembuh lo?” lanjutnya tanpa peduli dengan
tampang kagetku. “Udah ni, lah lo gak sekolah Ray?” tanyaku bingung. “Males gw.
BT. Masa yang disuruh maju gw mulu. Capeklah! Makanya gw cabut” jawabnya
santai. “Eh, taman belakang yok? Gw punya coklat” ajak Ray. “Ayo, coklat apa?”
tanyaku sambil berjalan mendahului.
“Cadbury cashew and biscuit yang gede!” pamer Ray sambil mensejejeri
langkangnya dengan langkahku.
“Kyaaa! Lo tau aja gw suka coklat itu. Ayo2” ajakku semangat. “Tapi ada
syaratnya..”ucap Ray tersenyum. Senyumku hilang. “Apaan?” tanyaku penasaran. “Lo
harus jadi pacar gw!” seketika langkahku berhenti. Aku menatap Ray tak percaya.
“Hahaha” anak itu justru tertawa. “Gw becanda kali Na. Ngapain coba? Lu salting
yak? Lu naksir gw? Hahahaha” lanjutnya masih tertawa.
“Sialan lo. Gw kira beneran. Terus coklatnya tanpa syaratkan?” ucapku
sambil melanjutkan perjalanan. “Enak aja --‘ syaratnya tetep ada dong!” jawab Ray. “Apa?” tanyaku. ‘Sekarang gw tau rasa gw ke siapa’ batin
Ray. “Ray?” lanjutku menyadari bahwa Ray melamun. “Eh? Lu harus nyanyi buat
gw!” ucap Ray. “Lagu apa” tanyaku.
“Lagu yang paling lo suka aja” jawab
Ray jawab Ray sambil mencari tempat duduk sesampainya ditaman belakang. Setelah
mendapat tempat duduk yang strategis, kamipun duduk. “Right? Sekarang lo
silahkan nyanyi dulu baru coklatnya” ucap Ray. *aku yang awalnya duduk, riang
berdiri. “Laksanakan tugas demi coklat komandan” ucapku tertawa. “Bagus!” ucap
Ray. “sambil jalan2 gitu ya? Biar kayak pidio klip” lanjut Ray.
“Wattcchhhaaa?!” ucapku kaget. “Demi coklat?” ujar Ray sambil tersenyum jail.
“Oke, demi coklat” aku mengulangi sambil menarik nafas lalu membuangnya
kembali. “Oke? Ready? And action” ucap Ray memerintah. Masih dengan senyum
jailnya. “Right? Action” batinku lalu memulai.
“You’re on the phone with your girlfriend
She’s upset,, she’s going off about
something that you said,,
That she doesnt, get your humor like i do”
ujarku memulai
Sambil berjalan mengelilingi bunga2
cantiik yang ditaman aku terus bernyanyi. Ekor mataku bisa melihat Ray yang tak
lepas tatapannya dari aku (bukan aku kegr-an atau gimana ya).
“Standing by and waiting at your back door
All this time how could you not know baby?
You belong with mee...”
“If you could see that i’m the one who
understand you
Been here all along so why can’t you see?
You belong with mee
You belong with me” nyanyiku menyelsaikan
sambil duduk disamping Ray.
“Great! Keren! Harusnya tadi gw rekam biar
bisa di aplot ke pesbuk” ucap Ray kagum. “Ah bawel lo! Mana coklatnya!” ucapku
menagih. “Belom gw beli Na, besok aja yak?” ucap Ray satai. “What? Sialan lo!”
ucapku. “ Hahaha.. besok aja yak? See ya, thanks for all” ucap Ray lalu
bergegas pergi ninggalin aku yang plonga plongo dibangku taman sendirian.
------------------------------------------------------------------------------
“Summer has...
Come and passed
The innocent
Can never last..
Wake me up..
When September ends”
Beh, nyani sendirian itu gak enak.
Banget. Apalagi makan coklat sendirian. (Jadi Ray udah ngasi coklatnya tapi
langsung ngaci. Katanya ada tanding basket lawan SMP luar). “Nyanyi sedirian
mah gak enak. Gw jalan2 aja ah, bt ditaman sendiri gini” ucapku bangkit lalu
berjanjak setelah memetik setangkai mawar putih. –coklat yang udah separo abis
masih ku pegang-. Aku terus jalan ke loby asramah. Niatnya gak au mau kemana.
Pas belok ke araha labas –lapangan basket- gak sengaja aku..
“Upss, sorry” latahku, dan coklat yang
ku pegang sama bunga mawarnya jatuh. “Damn” ucap cowok yang baru saja (tanpa
sengaja) ku tabrak. Sialnya, sebelum jatuh coklat itu menyapa t-shirt putih
yang dikenakan cowok tadi.
Whatcha??! Cowok? Oh Gosh! Baru sadar
kalo dia cowok. Dan sepertinya anak SMP luar itu. Soalnya aku gak pernah liat
orang ini disekolah. “Who’re you? You dirt my shirt! What a day!” ucapnya
membentak. Menyadarkanku dari lamunan kocar kacirku. Sial! Nih cowok mau ngetes
inggrisku ya? “Dammint? I’m the most popular girl in this school. You ask me
who am I? Hahaha Stupid! Move out from my eye!” balasku membentak. Sok berani.
Dengan inggris bergrammad acak adul.
“wash it! I’ll waiting for that
tommorow in basketball yard” ucapnya sambil memberiku baju putihnya. Mh? Kapan
dia ganti baju dengan seragam basket itu. Tunggu, sepertinya aku menyadaari
sesuatu... ahh nanti aja mikirinnya.
“Wash it or i’ll distrub your day ever!” ucapnya seraya meninggalkanku.
“Dasar orang gila! Belom kenal aja udah
nyuruh2. Ngebentak lagi! Ngomongnya gak bisa diajaga. Uggh! Siswa macam apa
itu? Udah gitu mau gangguin gw,, belom tentu juga ketemu lagi!” aku berjalan
hendak pergi. Lantas tak sengaja menendang sesuatu. aku terdiam. Lalu menunduk.
“Hwaaa! Coklat gw!!” teriakku. Yahh,
mau gak mau harus rela deh. Belum sempat aku beranjak pergi, tiba2 Rio sama Ray
datang. Tanpa Rena. “El, lo liat cowok pake t-shirt putih gak?” tanya Rio. “Hah?”
aku bingung. “Anaknya tinggi, putih, rambutnya spike, agak coklat keemasan,
matanya biru kehijauan”. “Hah? Gaya bule dong?” kagetku. Mana ada siswa seperti
itu disekolah ini. “Pake sepatu converse item. Ngomongnya pake basing” ucap Ray
masih menjalaskan. Tak peduli dengan respon ku. “Ah? Cowok yang gw tabrak! Anak
SMP lain ya? Tadi sih ke arah toilet. Ini bajunya kan?” ujarku sambil
memperlihatkan baju yang ku pengang. “Ya, makasih” ucap mereka. Lalu aku buru2
pergi.
Tunggu, aku tau sekarang apa yang ganjel...
Kenapa seragam basket yang dipake cowok
yang aku tabrak tadi sama dengan seragam basket yang dipake sama Ray dan Rio?
-----------------------------------------------------------------------------
Setelah kebingungan dengan kemungkinan2 yang ku buat
sendiri,, akhirnya aku memutuskan balik ke kamar dan langsung mandi.
Setelah mandi aku mencoba memainkan keyboard milik
Rena. Tanpa sadar aku nyanyi sendiri.
“Same bed
but it feels just a little bit bigger
now...
Our song on the radio,
Our song on the radio,
but it don't sound the same...
When our friends talk about you all that it does is just tear me down...
Cause my heart breaks a little when I hear your name....
And it all just sound like uh, uh, uh”
When our friends talk about you all that it does is just tear me down...
Cause my heart breaks a little when I hear your name....
And it all just sound like uh, uh, uh”
“Astaga! Gw lupa nyuci!” akhirnya
aku menyudahi permainanku. Lalu mencuci baju putih tadi dan segara menjemurnya.
Dua kamar dari kamarku adalah kamar Ray dan Rio. Tapi sepertinya ada orang yang
akan mengisi kamar itu lagi. Seharusnya memang satu kamar diisi oleh 3 orang. Tapi
karena jumlah anak angkatanku kurang, akhirnya aku dan rena hanya berdua.
Eh? Ngapain aku merhatiin orang
masukin barang? Mending juga dikamar. Aku merapikan kamar yang sedikit
berantakan. Lalu merangkai bunga2 di vas yang baru ku petik kemarin sore.
(tidak layu, aku isi dengan air gula). Lalu membaca novel dan mmh? Mungkin
tertidur.
----------------------------------------------------------------------
“El? Kok lo bisa megang bajunya
Cobey Adwn?” tanya Rio ketika pergantian jam. “Mhh? Cobek? Ih sapa itu?”
tanyaku sambil merapikan loker buku yang berantakan. “C.O.B.E.Y bukan
C.O.B.E.K!! dari mana?” bentak Rio. Aku kaget. Hhm? Siapa ya dia? Kok rio sampe
segitunya.
“Ah, kapan2 aja dah gw cerita. Kita
ada kelas sastra kan habis ini? Sorry ya gw duluan” bantaiku seraya menuju
kelas sastra sambil memegang beberapa buku paket tebal.
#BBBUGGH#
“Argghh! Sial banget sih gw! Dari
kemaren nabrak mulu” erangku sambil ngedumel.
“Maaf, Elena. Ibu pikir tadi ibu
telat masuk kelas. Soalnya kita kedatangan murid baru” ucap Bu Lily –guru kelas
sastra sekaligus wali kelas-. “Oh ya bu, silahkan duluan. Saya membereskan buku
ini dulu” ujarku gelalapan karena menabrak guru (dan ngedumel dengan bahasa
sehar2) “Ya udah, ibu duluan ya” ucapnya lalu beranjak.Lantas aku menunduk
untuk memungut buku ku yang sudah bersarakan.
Sekilas ekor mataku melihat ada yang
mengikuti Bu Lily dari belakang. Bercelana dan...
Sepatu converse...
Hitamm..
-------------------------------------------
Sampai sini dulu yaa?
Byeee~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar