Senin, 27 Mei 2013

You Belong With Me #part 3



hai halo hi :)
ini dia lanjutannya,, enjoy it!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Loh? Elena? Ngapain lu disini? Dicariin daritadi. Kan gw dah bilang gaki boleh ngaret!” ucap Ray yang tiba2 muncul dari balik hujan (ternyata yang nyanyi tadi si Ray). “Sorry Ray, gw lagi pengen liat hujan” ucapku. Berbohong memang. “Hahaha... lu bisa bohong juga ya? Elena... Elena... gw tau lu gak suka hujan. Sama sekali gak suka” ujar Ray sambil tersenyum miring. Well, aku kaget. “Loh? Lo tau darimana Ray? Kok lo bisa ngomong kayak gitu sih?!” ucapku keget. Merasa ada rahasiaku yang terbongkar. Rahasia ini hanya aku yang tau. Lantas? Ray? “Lo pernah bilang kalo lo jago akting. Semua juga ngakuin lo sebagai miss akting. Well, gw beda. Lo sama sekali gak bisa akting. Mata lo gak ikut ngomong” ucap Ray sambil memalingkan wajah ke arah hujan. Aku diam. Ray juga diam.

“Na, nyayi yok?” ajak Ray. “Ray, lo lagi galau?”tanyaku. “Kok tau?” ujar Ray.
“Mata lo”
“Hahaha, tau aja lo”
“Kenapa? Kita kan sahabatan. Jadi lo harus cerita!”
“gak papa”
“Unbelievetable! Gak mungkin lo galo tanpa sebab Ray”
“Rahasia ya tapi?”
“Pasti, Cuma kita berdua?”
“Berempat”
“gw, lo, rena, rio?”
“Bukan, gw, lo, Allah, Malaikat”
“Hahaha, ayo dah buruan cerita”
“Oke, Rio nembak Rena

Raut wajah Ray berubah seketika. Mood ku juga. “Lu naksir Rena?” tanyaku perlahan. “I don’t know” jawab Ray. “Gw cuman ngerasa sakit aja pas mereka jadian. Apa persahabatan kita gak ancur entar? Kita dah bareng selama 3 taon, kalo mereka mutusin buat keluar dari band, kita bubar dong!” ucap Ray dengan raut wajah datar. ‘God! Rena dan Rio lagi, Ya Allah, apa aku harus membenci mereka?’

“El, nyanyi yok?” ajak Ray. “Apa? El? Tumben lo manggil gw El” ujarku. “Skali2. Ayo nyanyi” Ajak Ray lagi. “Yok” ucapku. “Lo duluan” lanjutku.

“Ku tuliskan kesedihan...
Semua tak bisa kau ungkapkan dan cinta kan bicara, dengan hatimu” mulai Ray.

“Buang semua puisi antara kita berdua, kau bunuh dia sesuatu yang ku sebut itu cinta” lanjutku. Aku reflek berdiri. Bernyanyi bersama hujan.

“Yakin kan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu, waktu hapus aku...”
“Sadarkan akuu Tuhaan..

Dia bukan milikku, biarkan waktu, waktu, hapus aku” Ray yang nyanyo berdiri disampingku.

“Hahaha... udah kayak orang gila kita nyanyi2 gak jelas” ucap Ray. “Balik yok? Dah malem” lanjutnya. “Puisi kontemporernya gimana?” ujarku bertanya. “Dah kelar kok. Yok” ajak Ray. Aku menurut.

-------------------------------------------------------------------

“Ren! Bangun!” ucapku membangunkan Rena yang asih lengkap dengan alat tidurnya. “Jam berapa ini?” tanyanya setengah sadar. “Jam 6” ucapku. “Yah, makasih yah dah bangunin gw” ucapnya sambil begegas mandi. ‘Kok badanku lemes ya?’ batinku. ‘Ah tidur bentar ah, pusing’ lanjutku masih membatin lantas tidur.

----------------------------------------------------------------

“Loh? Gw dimana?” tanyaku setelah terbangun. “El? Lu sakit. Jadi gw sama yang lain bawa lo ke clinic” ujar seseorang. “Lah terus? Contemporer poem gw gmana? How about it?” seruku kaget. Keinget Bu Rianna tidak memberikan toleransi tugas apapun termasuk pada murid yang sakit. “Aissh, nih anak udah sakit, pake mikir ntuh lagi”  ujar Rio. Seseorang yang menemaniku (mungkin) daritadi.“Hah?! Enak aja lo ngomong” ucapku setengah ngambek. “Wess, nyante mbak bro! Tadi tugas lo udah gw kumpulin. Lu tenang aja biar cepet sembuh” ucap Rio berceramah.

“Oia, diluar hujan, lo mau liat hujan gak, El?” tanya Rio. Oke. Rui berhasil membuat aku bingung. Liat hujan gak ya? Kalo aku lihat hujan berarti sama aja aku bernostalgia dengan masa lalu ku yang suram. Tapi kalau aku tolak, apa aku gak ngerusak kesenangannya rio ya? “El? Gimana?” tanya Rio.

“Elenaa? Eh, Smolekom? Elena dah sembuh beklon? Dah baikan?” tanya Ray yang langsung masuk dengan bejibun pertanyaan. “Pelan2 Ray. El kan lagi sakit” ucap Rio. “Eh ada elo Yo. Baju gw basah nih. Minjem jaketlah, dingin” ujar Ray takmenggubris ucapan Rio yang tadi. “Tuh, gw bawa dua. Satunya di tas yang diatas meja. Ambil aja” Ujar Rio. Ray lalu mengambil tas dan memakai jaketnya.

“Gimana El? Mau gak?” tanya Rio lagi. “Mau apaan sih?” tanya Ray ikut campur. “Liat hujan” ucap rio setengah bt. Yang ditanya siapa yang jawab siapa. “Ohh” respon Ray. “Eh! Elena gak boleh keluar. Di luar dingin. Entar tambah sakit” ujar Ray. “Iya kan Na?”  lanjut Ray. Aku hanya diam. Cuma menatap ray dengan tatapan ‘makasih’. Wait, ray bales natep, seperti bilang sama2. Ray diam. Rio diam. Aku diam. Penulis diam. Pembaca diam gak? *oh ya, lupakan*

Tiba2 Rio bersuara. “Bentar ya all. Gw jemput Rena dulu. Kasian entar kehujanan” ucap Rio. “Entar gw ajak Rena kesini kok. Ray, jaga El ya” lanjut Rio saambil beranjak. “Bye” Rio keluar.
“Makasih ya?” ucapki ke Ray. “Bukannya tadi lo udah bilanh makasih?” tanya Ray. Aku menatap Ray dengan tatapan binguung. “Na.. Na.., lu tau gak? W bisa baca mata orang. Dan gw yakin kalo lo juga bisa. Buat ngetes elo beneran bisa ato gak, coba tebak gw ngomong apa lewat mata”. Ray lalu menatapku.

‘Lu sakit pasti gara2 hujan2an semalem kan?’
‘maybe?’
‘jangan maen hujan lagi ya?’
‘tapi?’
‘inget, lu jelek kalo sakit’

“Hahh, sialan lo. Hahaha.. kok bisa gitu sih Ray?” nyeplos. “Nah, karna lo bisa. Lo bisa cerita apa aja ke gw dengan tatapan mata lo. Okey?” ucap ray.

Kkreeeekk  *Anggap suara pintu

“Eleneee!!! Lo kok bisa sakit gini sih? Gak ngajak2 gw lagi sakitnya” ujar Rena yang langsung nyelonong masuk. “Rena! Elu siihh!” ucapku latah. “Kann, lo ngelatahin gw lagi!” ucapku linglung. Rena hanya nyengir. “Hehehe, eh brarti entar malem gw tidur sendirian gitu dikamar?” tanya Rena. “Haahahaha,, ajak Rio aja Na” ucapku bercanda. “Eh apaan Rio2?” tanya Rio yang tadinya asik melihat hujan lewat jendela. “Idiih, ogah gw tidur sama dia” ucap Rena. “Gw juga ogah tidur sama kamu Na” balas Rio. “Ya udah” jawab Rena nyolot.

Aku menatap Ray. Merasa berisik. “Udah ah kalian tuh! Ada orang sakit malah berisik. Kasian Elena tau!” ujar Ray setelah ngeliat tatapanku. “Eh sorry Elena, gw gak maksut. Rio sih ngajak ribut” ucap Rena. “Njehh kamu ngambing hitamin aku mulu deh!” ucap Rio. “Eh gw balik duluan ya?” lanjut Rio pamit. “Bye” ucapnya sambil melangkah keluar.

Tiba2 ray natep aku. ‘Lo istirahat ya? Entar gw ijinin Rena biar bisa nginep disini’ ucapnya melalui tatapan mata. ‘ya, makasih ya’ balasku. Ray mengangguk. “Gw balik ya?” ucap ray sambil melangkah keluar.
Setelah beberapa menit Ray balik lagi. “Ren, lu boleh nemenin Elena disini” ucapnya. Lantas berbalik lagi. “Yey! Gw gak jadi tidur sendiri!” ucap Rena setelah lepas dari kebingungannya. “Ya udah, lo istirahat dulu ya. Gw mau lihat anak dua itu, beneran pulang ato gak” lanjut Rena. “Sip” jawabku

----------------------------------------------------------------

“Na, gw ke sekolah dulu yak” bisik Rena tepat di samping telingaku. Aku sih pingin melek. Tapi mata gak bisa diajak kompromi. “Smolekom” ucapnya lalu terdengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup kembali. Dengan sedikit paksaaan akhirnya mayaku bisa dibuka juga.

“Pagi cantik, waktunya sarapan dan minum obat” ucap Kak Alda yang mungkkin bertugas sebagai penjaga clinic. “oke kak”. “gw suapin ato lo makan sendiri?” tanya kak Alda. “Sendiri aja kak” ucapku sambil mengambil mangkuk yang dibawakan oleh kak alda.

#TRAANGG#

Mangkuk kaca berisi bubur yang diibawakan ka alda jatuh dan pecah.

“Lu kenapa na?” tanya kak alda panik

....

--------------------------------------------------------

Sampe sini dulu ya?
Weehh, kira2 kenapa ya si Elena? Kok mangkuknya bisa jatuh ya?
To be continue :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar