Ini nih gw lanjutin,, sorry ya kmaren2 gw libur,,
Lg berobat ke mataram soalnyaa,,
And check it out!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Emhh? Apa gak ada waktu buat gw mikir dulu?”
tanyaku liri. “Ngapa harus mikir sih El?” ucap Rio. “Iya, tinggal nerima aja”
ucap Rena. Oke, aku terpojokkan. Tanpa sadar aku mengangguk mempersetujui.
Menerima. “Yey! Great!!” ucap Cobey. “Selamat ya Elena” ucap Rena. “Heh, biasa
aja lagi” ucapku. “Ciee, yang sekarang jadi ketua band!” ejak Rio. “Bawel2 bisa
jadi ketua band ya” ucap Cobey, mengejek. “Sante dong! Justru karna gw bawel
makanya Ray nawarin gw jadi ketua band!” ucapku.
“Iya gak Ray?” lanjutku memalingkan muka melirik ray
yang sudah duduk di drumnya. “terserah aja dah” ucap Ray. “gw lagi nunggu
perintah latihan dari ketua band kita nih” ucap ray meunyindirku. “Oh, ok..
Formasi” ucapku memberi aba2. Semua menuju instrumen masing2. “Ready?” tanyaku
di mic. “Yes, Miss” ucap mereka. “Miss?” tanyaku bingung. “Ah! Lupakan”
lanjutku masih di mic. “Rio mulai! Pemanasan” ucapku. Rio memetik gitarnya. Ah!
Stop and Stare nya onerepublic!
“This town is colder now, I think it’s sick of us
It’s time to make our move, I’m shakin’ off the rust
I’ve got my heart set on anywhere but here
I’m staring down myself, counting up the years
Steady hands, just take the wheel
And every glance is killing me
Time to make one last appeal for the life I lead”
Ucap ku memulai. Rio suka lagu ini. Gak tau kenapa.
Lagu mulai masuk bagian Reff. Rio keliatan lebih semangat dari sebelumnya.
“Stop and stare
I think I’m moving but I go nowhere
Yeah, I know that everyone gets scared
But I’ve become what I can’t be, oh
Stop and stare
You start to wonder why you’re ’here’ not ’there’
And you’d give anything to get what’s fair
But fair ain’t what you really need
Oh, can you see what I see?”
Nyanyiku. “eh tunggu2, ada telpon dari panitia
lomba” ucap Ray. “Music end” ucapku di mic. Ray langsung mengangkat telponnya.
*a view minute later...
“Terus gimana nih? Lombanya besok tapi suruh bawa
dua lagu” ucap Rena pesimis. “hey! Jangan pesimis gitu dong!! Bentar” ucapku
menyemangati. Muka keempat sahabatku tidak semulus tadi.
Aku berdiri keluar, kembali ke kamar dan berlari
kembali ke studio sekitar 30 menit
kemudian. “Nih” ucapku menyodorkan kertas ke masing2 mereka. Masih ngos2an.
“Red? Taylor swift?” tanya Rio. “Gimana nih lagunya?” tanya Rio melanjutkan.
“Yang ini bukan?” ucap Rena mengambil hp nya dan mengotak atik sebentar lalu
terdengar musik. “Lagu di album barunya taylor. Dan ini keren” ucap Rena. Semua
menyimak.
“Guys, biar lagu yang kita pilih gk sama kayak band
lain, cuman ada dua pilihan. Lagu lama, dan lagu yang paling baru. Pilih”
ucapku memberi usul. “Kalo lagu baru
emang gak bakal banyak yang nyanyiin?” tanya Ray ragu. “Emang kalo lagu lama gk
bakal ada yang nyanyiin?” tanya Rio. “Ehm, kan gw bilang yang paling baru” ucapku.
“Well, guys, apa salahnya kita coba?” tanya Cobey. “setuju” ucapku. Semua
mengangguk lalu menuju instrumen masing2. Masih membawa teks. “ gw harap kita
gak males buat latian sendiri dikamar” ucapku. “Ready? Go!’ ucapku.
“Loving him is like driving a new Maserati down a dead-end street
Faster than the wind, passionate a sin ended so suddenly
Loving him is like trying to change your mind once you’re already flying
through the free fall
Like the colors in autumn, so bright just before they lose it all”
Nyanyiku. Masih memegang teks. Yah, semua masih
memegang teks kecuali ray (iyalah). Rena juga kelihatan menikmati lagunya. Itu
lagu gk ngebeat tapi gk slow juga. Artinya bagus. Tentang apa rasanya ketika
kamu naksir seseorang.
“Losing him was blue like I’ve never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you never met
But loving him was red
Loving him was red”
Nyanyiku.
Melirik ke sekeliling studio dan mendapati teman2ku yang sudah bersemangat
kembali.
“And after all this going on in my head
Comes back to me, burning red
Yeah, yeah
‘Cuz love was like driving a new Maserati down a dead-end street”
Nyanyiku menyudahi. “Ehm, temen2 gw punya ide!
Gimana kalo entar pas tampil kita di baygroundin foto2 kita? Emh maksudnya kita
buat video. Dan kita tampilin lewat LCD. Gimana?” usullku. “Hah? Cukup emang
waktunya?” tanya Cobey. “Why not? Kita masih punya sore dan malam. Biar gw yang
ngatur videonya. Oh iya! Kita belum punya foto berlima ya?” ucapku. Semua
mengangguk. “Cobey, lo bawa SLR gak?” tanyaku. “Disini” jawabnya sambil
menunjuk tas dibelakang sound system.
“Lah? Lo bawa laptop?” tanyaku. “iya” jawabnya
santai. “Ngapa gak bilang daritadi?!Gue bolak balik ke kamar ngeprint ini -,-’’
ucapku menunjukan kertas berisi lirik
dan cordnya “ Lu gak nanya” jawabnya santai. “ih..”
“ udah na!
Sekarang kita ngapain?” tanya Ray. “ oh ok, jadi Cobey, SLRnya pakek timer, di
atur biar pengcahayanya kerenn. Klo gak punya
tripod lu bisa pakek meja di sana” ucap ku sambil menunjuk meja. “terus
kita?” tanya Rena. “ nanti kita bergaya sesuka hati” jawab ku narsis.
“ goblok! Kenapa gak bergaya kayak lg latihan?” ucap
Rio. “ megang instrument masing-masing gtu?” tanya Rena. “ ih mending gaya
sesuka hati deh” lanjut Rena lg. “ knp gak dua2nya?” tanya Ray. “ ayolah kapan kita
latihan kalo gini caranya?” tanya Ray. “ide bagus!” ucap ku. “satu foto bergaya
bebas dan dua foto memegang instrument masing-masing?. Setuju?” tanyaku. “
okey” teriak teman-teman serempak.
“ Kamera
ready to use 30 detik dari skrg” ucap rio lari ke instrumennya. Semua sudah
siap dangan gaya instrumen masing2 dan.. klik’...klik’...klik’ ok. Sudah lega.
Pas kami
merasa bebas dengan gaya tiba2 kamera berkerja kembali.
‘klik’...’klik’...’klik’ – penulis bingung nulis suara kamera-
Yah, pada saat kami semua melongo ke atas. Diam
sebentar lalu ketawa dan
‘klik’..’klik’..’klik’
“ Cobey berhentiin kameranya!!’ teriak Rena. Hahaha
. Cobey mengambil kameranya.Menghentikan timer. Lalu melihat hasil fotoya.
“hasilnya bagus semua. Apa lagi yg pas kita lg melongo” ucap Cobey tertawa.
Kami melilingi kamera dan tertawa bersama. “ nah,
sekarang pindahin ke laptop lalu masukin flashdisk. Entar malem gue sama Rena
atur vidionya. Klo udah kita bisa latihan lagu ‘you belong with me’” ucapku.
Cobey lalu mengambil laptopdan memasukan foto2 tadi lalu memasukanx ke
flashdisk. “ hey, sambil nunggu loading ayo latian’you bellong with me’, terus
red lalu pulang” ucap Ray.Semua mengangguk. Menuju alat musik tersayang. “Ray,
aba2” ucapku “one... two ... three.. go!” ucap Ray. Rena mulai lalu rio menyusul
kemudian Cobey baru Ray dan aku bersamaan.
---------------------------------
“ih! Ngapa
coba flashdisk gue pakek ketinggalan di stidio segala!” ucap ku sambil beralan
menuu studio yeah. Rena ketiduran. capek
katanya. Sekarang udah am 22.30.. yah biasanya juga Rena tidur dua jam yang
lalu. Jadi terpaksa aku jalan sendiri ke studio buat ngambil flashdisk. Emang
sih slidenya udah jadi tp takutnya kalo disimpen di laptop doang entr ada
virus.. trs datanya ilang kan bahaya.
Pas belok di pertigaan deket studio tiba2 ada yg
narik tangan ku. Lalu ngehempasin ke tembok. Shit! What’s this? Mana aku gak
bisa liat lagi, kan gelap . “hey jelek! Nyadar kek!! Cobey tuh punya gue,,
jabatan apa lo deket2 dia! Nyadar,, muka kayak topeng monyet gitu!! blagu” ucap
seseorang. “ gw gak ada apa2 sama Cobey...” belum selesai kalimat ku tida2 aku
di tampar. Cukup keras. Ku rasa pipi ku sudah merah. “ loe! Gak berhak ngomong
apapun! JAUHIN COBEY!” teriak cewek itu. Tepat di samping telingaku. “ ohh iya,
karna gw baik hati, ini flash disk lo” Ucap cewek itu menyodorkan flashdisk
milik ku. “thanks”
#PLAK# sial.
Aku di tampar
lagi “ hei guys! Ayo kita tinggal cewek ganjen ini, gw lagi gak pengen muntah”
ucap cewek itu. Saat mereka berjalan pergi
ada yang meludahi ku dan sepertinya aku kenal suara tadi. Ya Rosella Stevani.
Langit yang tadi mendung menumpahkan isi yang di
tahan nya. Aku masih tak sanggup bergerak. Seakan hati inilah yang di tampar.
Ah sial..siapa sih yang nuduh aku pacaran sama Cobey? Ogah banget aku pacaran
sama kodok sombong kayak dia. Hey tunggu? Aku ini Elena bukan sih? Kenapa aku
nangis? Toh bukan aku yang salah. Nah. Sekarang bagaimana caranya aku kembali
ke kamar tanpa membuat flashdisk ini basah?
Aku melihat
sekeliling dan menemukan plastik bungkus
makanan. Aku mengambilnya. Kering. Kemudian aku membungkus flashdisk dan bejala
santai menerobos hujan.
Tidak , tidak,, kenapa aku berpikir seperti itu?
Kenapa aku berpikir aku tidak pantas pacaran bahkan nggak bole deket sama
cowok? Ah bodoh. Aku terduduk. Dalam hujan yang semakin lama semakin deras. Air
maa ku mungkin menyatuh dalam rintikan hujan. “ hey bukannya gw udah ngelarang
lo buat main hujan yah?” ucap seseorang dari belakang dia melindungi ku dengan
payung. Sesaat aku menoleh ke belakang, orang tadi menyodorkan setangkai bunga
mawar putih. Bunga kesukaan ku. Dia tersenyum lalu aku mengabil bunga mawar
putih tadi.
“ loe jadi cewek gue ya?” ucapnya. “ R...Ray?” ucap
ku gugup. Yah aku kedinginan Ray menuntunku menuju teras asrama 2. “ Nih , biar
gak begitu dingin” ucap Ray memberi jaket merah hitamnya. Namun aku diam.
“ih manja”
ucapnya lalu menelungkupkan jaket itu “tapi gue suka” ucap Ray melanjutkannya,
tatapannya masih tertuju pada hujan malam ini “ lo...lo belum tidur?” tanya ku
berusaha mengalihkan pembicaraan. Ray menacak rambut basahku.
“ bego!
Kalo lo belum siap buat jawab
sekarang,gue bakal nunggu sampe lo siap Na” ucap Ray. Dia tersenyum lalu
beranjak hendak pergi. Tapi sebelumn ya dia bilang “sekarang lo balik, gue gak
mau lo sakitgara2 hujan. Itu lo pakek payung gue” ucapnya lalu pergi menerobos
hujan.
--------------------------------------
Aku masih termenung sendiri. Mmh... maksudnya di
temani setangkai bunga mawar putih. Aku
belum bisa tidur, walaupun malam sudah larut. Kali ini aku tidak memakai
celana pendek, di luar masih hujan dan tentu saja suasana dingin. aku meneguk
air mineralku.
Aneh. Semua yang barusan terjadi aneh. Aku di tampar
oleh anak kelas karena dekat dengan sahabat kecilku lalu hujan turun, terus
teman dekat ku dari kelas satu ternyata
juga mendam rasa ke aku.
hhmm... aneh... benar2 aneh.
Masih termenung di kasur. Aku melirik keyboard putih
punya Rena. Lalu aku mendekat, berpikir untuk memainkanya, siapa tau bisa menenangkan hati.
“mungkin
ini memang jalan tadir ku,
mengagumi
tanpa
dicintai
“
ucap
ku memulai nada rendah, dengan oktaf rendah
“Tak mengapa bagiku,
Mencintaimu adalah bahagia untukku,
Bahagia untukku...
Aku ingin eng...
Ehmmm”
Ah belum selesai laguku.
“Ah sial! Suara gw serek” ucapku. Lalu mengambil
temulawak dan mengirisnya. Kemudian menyeduh dengan air pana di termos. Kata orang,
temulawak bisa nyembuhin suara serek. Tapi gak tau sih, aku lalu beranjak ke
kasur. Sambil melirik ke bunga mawar putih yang ku letakkan di vas berwarna
kucing pucat.
“Sorry Ray, gw gak bisa ngasih jawaban sekarang. Jujur,
gw bingung. Nice dream sob” ucapku.
-------------------------
“Pagii!!” teriak rena. “Bebek bawel tidur jam berapa
semalem?” tanyanya sambil membuka jendela kamar. “jam 3 mungkin. Hemm, ehemm”
ucapku. Suaraku masih sedikit serek. “Na, jangan bilang lo serek” ucap rena. “Iya,
gw gak ngomong. Tapi kenyataan” ucapku. “Bentar ya, gw nyeduh jahe campur
temulawak duluu ya? Sambil nunggu mendingan lo jalan2 ke taman dulu deh” ucap
Rena. Lalu mengambil jahe. “Oke” ucapku keluar kamar. Suasananya masih suasana
hujan.
-----------------------------
“Mawarnya cantik banget, baru nyadar ge kalo disini
ada mawar” ucapku melihat mawar mungil berwarna pink pucat itu. “Hai cewek”
ucap cowok dari belakang. “Ah Elu! Kenapa?” tanyaku saat mengenal suara cowok
itu.
“Gini, gw mau ngomong serius” ucap Cobey. Cowok yang
tadi menyapaku. “Mmh?” responku. “kayaknya
ini gw bisa dibilang ke-pd-an, tapi sebodo amat” ucap Cobey. Ikut jongkok di
samping. “Ih gak usah berbelit2 deh” ucapku garang.
“Oh? You wanna go to the point?” tanyanya. Aku menatapnya
“iyalah” jawabku. Cobey tersenyum
miring. Dia memetik mawar mungil tadi. “Woy! Mawar jangan dipetik gitu dong!”
bentakku. Cobey tak menghiraukan. Dia meletakkan mawar itu ke daun telingaku. Seraya
berkata. “Gw gak peduli Na, Gw... gw gak peduli lo mau jawab apa” ucapku ling
lung. Aku diam, yah aku bingung arah pembicaraan ini. “yang gw mau. Lo jadi
pacar gw mulai detik ini” ucap Cobey. Dia berdiri lalu pergi.
“Dan asal lo tau, gw gak suka penolakan” ucapnya
kemudian. Sukses membuatku diam. Apa maksutnya semua ini?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sampek sini dulu guys,,
Sorry ya kalo agak beda, ini gw minta tolong adek
buat ngetikin.
Gw gk tega bikin kalian kangen berat sama gw, hahha
Well, to be continu