Jumat, 07 Juni 2013

You Belong With ME #part 8



Ini nih gw lanjutin,, sorry ya kmaren2 gw libur,,
Lg berobat ke mataram soalnyaa,,
And check it out!

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Emhh? Apa gak ada waktu buat gw mikir dulu?” tanyaku liri. “Ngapa harus mikir sih El?” ucap Rio. “Iya, tinggal nerima aja” ucap Rena. Oke, aku terpojokkan. Tanpa sadar aku mengangguk mempersetujui. Menerima. “Yey! Great!!” ucap Cobey. “Selamat ya Elena” ucap Rena. “Heh, biasa aja lagi” ucapku. “Ciee, yang sekarang jadi ketua band!” ejak Rio. “Bawel2 bisa jadi ketua band ya” ucap Cobey, mengejek. “Sante dong! Justru karna gw bawel makanya Ray nawarin gw jadi ketua band!” ucapku.

“Iya gak Ray?” lanjutku memalingkan muka melirik ray yang sudah duduk di drumnya. “terserah aja dah” ucap Ray. “gw lagi nunggu perintah latihan dari ketua band kita nih” ucap ray meunyindirku. “Oh, ok.. Formasi” ucapku memberi aba2. Semua menuju instrumen masing2. “Ready?” tanyaku di mic. “Yes, Miss” ucap mereka. “Miss?” tanyaku bingung. “Ah! Lupakan” lanjutku masih di mic. “Rio mulai! Pemanasan” ucapku. Rio memetik gitarnya. Ah! Stop and Stare nya onerepublic!

“This town is colder now, I think it’s sick of us
It’s time to make our move, I’m shakin’ off the rust
I’ve got my heart set on anywhere but here
I’m staring down myself, counting up the years
Steady hands, just take the wheel
And every glance is killing me
Time to make one last appeal for the life I lead”

Ucap ku memulai. Rio suka lagu ini. Gak tau kenapa. Lagu mulai masuk bagian Reff. Rio keliatan lebih semangat dari sebelumnya.

“Stop and stare
I think I’m moving but I go nowhere
Yeah, I know that everyone gets scared
But I’ve become what I can’t be, oh
Stop and stare
 
You start to wonder why you’re ’here’ not ’there’
And you’d give anything to get what’s fair
But fair ain’t what you really need
Oh, can you see what I see?”

Nyanyiku. “eh tunggu2, ada telpon dari panitia lomba” ucap Ray. “Music end” ucapku di mic. Ray langsung mengangkat telponnya.

*a view minute later...

“Terus gimana nih? Lombanya besok tapi suruh bawa dua lagu” ucap Rena pesimis. “hey! Jangan pesimis gitu dong!! Bentar” ucapku menyemangati. Muka keempat sahabatku tidak semulus tadi.

Aku berdiri keluar, kembali ke kamar dan berlari kembali ke studio  sekitar 30 menit kemudian. “Nih” ucapku menyodorkan kertas ke masing2 mereka. Masih ngos2an. “Red? Taylor swift?” tanya Rio. “Gimana nih lagunya?” tanya Rio melanjutkan. “Yang ini bukan?” ucap Rena mengambil hp nya dan mengotak atik sebentar lalu terdengar musik. “Lagu di album barunya taylor. Dan ini keren” ucap Rena. Semua menyimak.

“Guys, biar lagu yang kita pilih gk sama kayak band lain, cuman ada dua pilihan. Lagu lama, dan lagu yang paling baru. Pilih” ucapku  memberi usul. “Kalo lagu baru emang gak bakal banyak yang nyanyiin?” tanya Ray ragu. “Emang kalo lagu lama gk bakal ada yang nyanyiin?” tanya Rio. “Ehm, kan gw bilang yang paling baru” ucapku. “Well, guys, apa salahnya kita coba?” tanya Cobey. “setuju” ucapku. Semua mengangguk lalu menuju instrumen masing2. Masih membawa teks. “ gw harap kita gak males buat latian sendiri dikamar” ucapku. “Ready? Go!’ ucapku.

“Loving him is like driving a new Maserati down a dead-end street
Faster than the wind, passionate a sin ended so suddenly
Loving him is like trying to change your mind once you’re already flying through the free fall
Like the colors in autumn, so bright just before they lose it all”

Nyanyiku. Masih memegang teks. Yah, semua masih memegang teks kecuali ray (iyalah). Rena juga kelihatan menikmati lagunya. Itu lagu gk ngebeat tapi gk slow juga. Artinya bagus. Tentang apa rasanya ketika kamu naksir seseorang.

“Losing him was blue like I’ve never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you never met
But loving him was red
Loving him was red”

 Nyanyiku. Melirik ke sekeliling studio dan mendapati teman2ku yang sudah bersemangat kembali.

“And after all this going on in my head
Comes back to me, burning red
Yeah, yeah
‘Cuz love was like driving a new Maserati down a dead-end street”

Nyanyiku menyudahi. “Ehm, temen2 gw punya ide! Gimana kalo entar pas tampil kita di baygroundin foto2 kita? Emh maksudnya kita buat video. Dan kita tampilin lewat LCD. Gimana?” usullku. “Hah? Cukup emang waktunya?” tanya Cobey. “Why not? Kita masih punya sore dan malam. Biar gw yang ngatur videonya. Oh iya! Kita belum punya foto berlima ya?” ucapku. Semua mengangguk. “Cobey, lo bawa SLR gak?” tanyaku. “Disini” jawabnya sambil menunjuk tas dibelakang sound system.

“Lah? Lo bawa laptop?” tanyaku. “iya” jawabnya santai. “Ngapa gak bilang daritadi?!Gue bolak balik ke kamar ngeprint ini -,-’’ ucapku menunjukan kertas  berisi lirik dan cordnya “ Lu gak nanya” jawabnya santai. “ih..”

 “ udah na! Sekarang kita ngapain?” tanya Ray. “ oh ok, jadi Cobey, SLRnya pakek timer, di atur biar pengcahayanya kerenn. Klo gak punya  tripod lu bisa pakek meja di sana” ucap ku sambil menunjuk meja. “terus kita?” tanya Rena. “ nanti kita bergaya sesuka hati” jawab ku narsis.

“ goblok! Kenapa gak bergaya kayak lg latihan?” ucap Rio. “ megang instrument masing-masing gtu?” tanya Rena. “ ih mending gaya sesuka hati deh” lanjut Rena lg. “ knp gak dua2nya?” tanya Ray. “ ayolah kapan kita latihan kalo gini caranya?” tanya Ray. “ide bagus!” ucap ku. “satu foto bergaya bebas dan dua foto memegang instrument masing-masing?. Setuju?” tanyaku. “ okey”  teriak teman-teman serempak.
 “ Kamera ready to use 30 detik dari skrg” ucap rio lari ke instrumennya. Semua sudah siap dangan gaya instrumen masing2 dan.. klik’...klik’...klik’ ok. Sudah lega.

Pas kami  merasa bebas dengan gaya tiba2 kamera berkerja kembali. ‘klik’...’klik’...’klik’ – penulis bingung nulis suara kamera-

Yah, pada saat kami semua melongo ke atas. Diam sebentar lalu ketawa dan
‘klik’..’klik’..’klik’

“ Cobey berhentiin kameranya!!’ teriak Rena. Hahaha . Cobey mengambil kameranya.Menghentikan timer. Lalu melihat hasil fotoya. “hasilnya bagus semua. Apa lagi yg pas kita lg melongo” ucap Cobey tertawa.
Kami melilingi kamera dan tertawa bersama. “ nah, sekarang pindahin ke laptop lalu masukin flashdisk. Entar malem gue sama Rena atur vidionya. Klo udah kita bisa latihan lagu ‘you belong with me’” ucapku. Cobey lalu mengambil laptopdan memasukan foto2 tadi lalu memasukanx ke flashdisk. “ hey, sambil nunggu loading ayo latian’you bellong with me’, terus red lalu pulang” ucap Ray.Semua mengangguk. Menuju alat musik tersayang. “Ray, aba2” ucapku “one... two ... three.. go!” ucap Ray. Rena mulai lalu rio menyusul kemudian Cobey baru Ray dan aku bersamaan.

---------------------------------

 “ih! Ngapa coba flashdisk gue pakek ketinggalan di stidio segala!” ucap ku sambil beralan menuu studio  yeah. Rena ketiduran. capek katanya. Sekarang udah am 22.30.. yah biasanya juga Rena tidur dua jam yang lalu. Jadi terpaksa aku jalan sendiri ke studio buat ngambil flashdisk. Emang sih slidenya udah jadi tp takutnya kalo disimpen di laptop doang entr ada virus.. trs datanya ilang kan bahaya.

Pas belok di pertigaan deket studio tiba2 ada yg narik tangan ku. Lalu ngehempasin ke tembok. Shit! What’s this? Mana aku gak bisa liat lagi, kan gelap . “hey jelek! Nyadar kek!! Cobey tuh punya gue,, jabatan apa lo deket2 dia! Nyadar,, muka kayak topeng monyet gitu!! blagu” ucap seseorang. “ gw gak ada apa2 sama Cobey...” belum selesai kalimat ku tida2 aku di tampar. Cukup keras. Ku rasa pipi ku sudah merah. “ loe! Gak berhak ngomong apapun! JAUHIN COBEY!” teriak cewek itu. Tepat di samping telingaku. “ ohh iya, karna gw baik hati, ini flash disk lo” Ucap cewek itu menyodorkan flashdisk milik ku. “thanks”

 #PLAK# sial.

 Aku di tampar lagi “ hei guys! Ayo kita tinggal cewek ganjen ini, gw lagi gak pengen muntah” ucap cewek itu.  Saat mereka berjalan pergi ada yang meludahi ku dan sepertinya aku kenal suara tadi. Ya Rosella Stevani.

Langit yang tadi mendung menumpahkan isi yang di tahan nya. Aku masih tak sanggup bergerak. Seakan hati inilah yang di tampar. Ah sial..siapa sih yang nuduh aku pacaran sama Cobey? Ogah banget aku pacaran sama kodok sombong kayak dia. Hey tunggu? Aku ini Elena bukan sih? Kenapa aku nangis? Toh bukan aku yang salah. Nah. Sekarang bagaimana caranya aku kembali ke kamar tanpa membuat flashdisk ini basah?
 Aku melihat sekeliling  dan menemukan plastik bungkus makanan. Aku mengambilnya. Kering. Kemudian aku membungkus flashdisk dan bejala santai menerobos hujan.

Tidak , tidak,, kenapa aku berpikir seperti itu? Kenapa aku berpikir aku tidak pantas pacaran bahkan nggak bole deket sama cowok? Ah bodoh. Aku terduduk. Dalam hujan yang semakin lama semakin deras. Air maa ku mungkin menyatuh dalam rintikan hujan. “ hey bukannya gw udah ngelarang lo buat main hujan yah?” ucap seseorang dari belakang dia melindungi ku dengan payung. Sesaat aku menoleh ke belakang, orang tadi menyodorkan setangkai bunga mawar putih. Bunga kesukaan ku. Dia tersenyum lalu aku mengabil bunga mawar putih tadi.

“ loe jadi cewek gue ya?” ucapnya. “ R...Ray?” ucap ku gugup. Yah aku kedinginan Ray menuntunku menuju teras asrama 2. “ Nih , biar gak begitu dingin” ucap Ray memberi jaket merah hitamnya. Namun aku diam.

 “ih manja” ucapnya lalu menelungkupkan jaket itu “tapi gue suka” ucap Ray melanjutkannya, tatapannya masih tertuju pada hujan malam ini “ lo...lo belum tidur?” tanya ku berusaha mengalihkan pembicaraan. Ray menacak rambut basahku.

 “ bego! Kalo  lo belum siap buat jawab sekarang,gue bakal nunggu sampe lo siap Na” ucap Ray. Dia tersenyum lalu beranjak hendak pergi. Tapi sebelumn ya dia bilang “sekarang lo balik, gue gak mau lo sakitgara2 hujan. Itu lo pakek payung gue” ucapnya lalu pergi menerobos hujan.

--------------------------------------

Aku masih termenung sendiri. Mmh... maksudnya di temani setangkai bunga mawar putih. Aku  belum bisa tidur, walaupun malam sudah larut. Kali ini aku tidak memakai celana pendek, di luar masih hujan dan tentu saja suasana dingin. aku meneguk air mineralku.

Aneh. Semua yang barusan terjadi aneh. Aku di tampar oleh anak kelas karena dekat dengan sahabat kecilku lalu hujan turun, terus teman dekat ku  dari kelas satu ternyata juga mendam rasa ke aku.
hhmm... aneh... benar2 aneh.

Masih termenung di kasur. Aku melirik keyboard putih punya Rena. Lalu aku mendekat, berpikir untuk memainkanya, siapa tau  bisa menenangkan hati.

“mungkin ini memang jalan tadir ku,
mengagumi tanpa
dicintai “

ucap ku memulai nada rendah, dengan oktaf rendah

“Tak mengapa bagiku,
Mencintaimu adalah bahagia untukku,
Bahagia untukku...
Aku ingin eng...
Ehmmm”

Ah belum selesai laguku.

“Ah sial! Suara gw serek” ucapku. Lalu mengambil temulawak dan mengirisnya. Kemudian menyeduh dengan air pana di termos. Kata orang, temulawak bisa nyembuhin suara serek. Tapi gak tau sih, aku lalu beranjak ke kasur. Sambil melirik ke bunga mawar putih yang ku letakkan di vas berwarna kucing pucat.
“Sorry Ray, gw gak bisa ngasih jawaban sekarang. Jujur, gw bingung. Nice dream sob” ucapku.

-------------------------

“Pagii!!” teriak rena. “Bebek bawel tidur jam berapa semalem?” tanyanya sambil membuka jendela kamar. “jam 3 mungkin. Hemm, ehemm” ucapku. Suaraku masih sedikit serek. “Na, jangan bilang lo serek” ucap rena. “Iya, gw gak ngomong. Tapi kenyataan” ucapku. “Bentar ya, gw nyeduh jahe campur temulawak duluu ya? Sambil nunggu mendingan lo jalan2 ke taman dulu deh” ucap Rena. Lalu mengambil jahe. “Oke” ucapku keluar kamar. Suasananya masih suasana hujan.
-----------------------------

“Mawarnya cantik banget, baru nyadar ge kalo disini ada mawar” ucapku melihat mawar mungil berwarna pink pucat itu. “Hai cewek” ucap cowok dari belakang. “Ah Elu! Kenapa?” tanyaku saat mengenal suara cowok itu.

“Gini, gw mau ngomong serius” ucap Cobey. Cowok yang tadi menyapaku. “Mmh?” responku.  “kayaknya ini gw bisa dibilang ke-pd-an, tapi sebodo amat” ucap Cobey. Ikut jongkok di samping. “Ih gak usah berbelit2 deh” ucapku garang.

“Oh? You wanna go to the point?” tanyanya. Aku menatapnya “iyalah” jawabku. Cobey  tersenyum miring. Dia memetik mawar mungil tadi. “Woy! Mawar jangan dipetik gitu dong!” bentakku. Cobey tak menghiraukan. Dia meletakkan mawar itu ke daun telingaku. Seraya berkata. “Gw gak peduli Na, Gw... gw gak peduli lo mau jawab apa” ucapku ling lung. Aku diam, yah aku bingung arah pembicaraan ini. “yang gw mau. Lo jadi pacar gw mulai detik ini” ucap Cobey. Dia berdiri lalu pergi.

“Dan asal lo tau, gw gak suka penolakan” ucapnya kemudian. Sukses membuatku diam. Apa maksutnya semua ini?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sampek sini dulu guys,,
Sorry ya kalo agak beda, ini gw minta tolong adek buat ngetikin.
Gw gk tega bikin kalian kangen berat sama gw, hahha
Well, to be continu

2 komentar: