Sabtu, 23 Mei 2015

Burning Red #1

oi oi readers! elsya kembali dengan fanfict anime :3 elsya masih belajar dalam hal ini jadi harap maklum! nah di sini ada bbrp bahasa jepang yg biasa di gunakan bagi kalian yg gak paham silahkan di tanyakan di kolom komentar! kyaa check this out!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Judul: Burning Red
Rate: T
Genre: romance,family
Author: El
Lenght: Chaptered
Disclaimer: Gosho Aoyama
RnR *beta fict* 
J
Pair: Ran Mouri, Shinichi Kudo, Kaito Kuroba

“Saya Ran Mouri. Saya pindah ke sini karena perkerjaan ayah saya. Terima kasih”

“Terima kasih atas perkenalannya Mouri-chan. Nah sekarang silahkan duduk”

“Tapi sensei, saya duduk dimana?”

“Kau bisa duduk di samping Kuroba-kun,” ucap guru itu sambil menunjuk bangku kosong di samping seorang anak laki-laki.

“Arigatto sensei,” tukasku sambil berjalan menuju bangku kosong.

---------------------------------------------------

“Hey, aku Ran. Boleh pinjam buku mu, Kuroba-san?” ucapku mencoba untuk berbicara dengan teman kelasku yang baru. Dia memberikan buku itu tanpa sedikitpun menoleh kepadaku. Aku menyerit kesal. Tidak mengerti apa yang membuat anak berambut hitam kecoklatan di sampingku ini tidak menoleh sedikit pun. “Hey! Kau tidak tau cara bersikap sopan pada perempuan, ya?” ucapku lagi, merasa jengkel. Dia menoleh sesaat, lalu kembali menatap ke depan. Sial. Aku mendengus.  Kenapa aku harus pindah ke sini hanya karena urusan pekerjaan ayahku?

#Bel Berdering

“Kau bisa meminta buku itu ke wali kelas kita,” ucap Kuroba sambil  merapikan buku-bukunya. Dia tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya ke arahku. “Yah, terima kasih atas informasinya Kuroba-san, tapi sayangnya aku tidak tau siapa wali kelas kita,” balasku kesal sambil ikut merapikan buku-buku ku. Laki-laki di hadapanku terdiam selama beberapa saat. Lalu menatapku jengah. “Kaito. Panggil aku Kaito. Kau hanya perlu pergi ke ruang guru lalu carilah Alex Sensei,” ucapnya sambil berjalan pergi. “Tuhan. Semoga wali kelas kita punya alasan yang baik atas sikap muridnya yang buruk itu” ucapku. Setelah itu aku memasukkan buku-buku ku ke dalam loker dan mencoba untuk pulang. Ah, rumah pasti akan terasa sepi tanpa ayah dan Conan (Dia adikku dan dia masih di LA bersama kakek-nenekku).

Aku mengemudikan mobil ku pelan-pelan. Berusaha untuk selambat mungkin sampai ke rumah. Aku menikmati suasana Jepang yang nyaman ini.  Sesampainya di rumah tiba-tiba saja handphoneku berbunyi.

“yup”

“Bagaimana sekolahnya sayang?”

“Baik, kenapa?”

“Oh, tidak ada yang salah, kok

“Ok”

“Jangan lupa makan siang ya? Tadi tousan sudah buatkan sushi lihat saja di meja makan”

“Hai otousan. Love you”

“Jaa”

Sepertinya aku butuh tidur siang.

--------------------------------------

Loving him is like driving a new maseraty down a dead end street. Faster than then wind, passionate as sin, ended so suddenly…

“Tousan, sepertinya aku membutuhkan jalan-jalan sebentar. Yah, aku mau mengenal lingkungan baru kita,” ucapku berdiri di depan pintu depan. Warna emas sudah menghiasi langit, seakan-akan merebutan untuk memamerkan warna indahnya pada penikmat di bumi. “itu ide yang bagus. Kamu mau tou-san ikut?” Tanya ayahku menawarkan diri. “Ah! Sepertinya tidak perlu. Mungkin nanti aku bisa berteman dengan orang-orang yang baru ku temui,” ucapku sambil tersenyum. Ayahku memang sedikit khawatiran. “Anakku sudah lebih dewasa ternyata. Ya sudah kau boleh pergi” ucap ayah mempersilahkan. Aku berjalan ke luar rumah, mulai melihat sekitar dan mencoba menikmati suasana sore. “Ran! Jangan lupa pulang sebelum jam makan malam!” ucap ayah sedikit berteriak. Aku menoleh, lalu mengangguk. “Dimengerti!” balasku sedikit berteriak juga.

Aku memilih lagu favoritku di Ipod dan berjalan-jalan pelan. Lingkungan di sini sangat indah. Daun-daun berwarna hijau berubah menjadi sedikit keemasan ditimpa matahari sore. Aku mendelik ketika menemukan danau kecil yang berada dekat dengan rumahku. Pikirku, ternyata ada juga danau menyerupai kanal di sini. Kalau aku bosan ini bisa menjadi tempat yang cocok untuk melepas penat. Aku melihat beberapa pasangan yang sedang menikmati indahnya danau. Danau itu di kelilingi oleh rumpun lily berwarna jingga. Selaras dengan warna senja yang terpantul di genanang danau. Seandainya aku bisa menjadi salah satu dari mereka dengan pacar baruku. Mantan ku benar-benar tidak pantas ditawari untuk menikmati keindahan danau ini dengan ku. Aku masih menikmati keindahan danau sampai tiba-tiba ada yang menegurku.

“Sumiimasen, jika kau tidak langsung memindahkan langkahmu, kau akan terjatuh ke danau” ucapnya dengan nada peduli yang dipaksakan.
“A-arigatto..” ucapku kaget lalu menoleh untuk memerhatikan orang yang menegurku. “Ah! Kaito-kun!” ucapku sedikit berteriak karena lebih kaget dari sebelumnya.

“Kau tidak perlu sekaget itu. Uhh!? Ran? Apa yang kamu…”

“Apa yang aku lakukan di sini? Jalan-jalan,” tukasku memotongnya.

“Tapi kenapa….”

“Kenapa ke sini? Tentu saja karena rumahku berada tidak jauh dari sini”

“Hey! Kau membaca pikiranku!”

“Jangan salah paham dulu. Pikiranmu itu terlalu mudah untuk dilihat!”

“Ya ampun. Kenapa kamu harus pindah ke sini, sih?”

“Ya ampun juga, aku sudah memberitahukan alasannya”

“Ya apa katamu saja. Aku harus pergi”

“Sepertinya aku juga harus pergi. Ini sudah hampir waktu makan malam. Senang bertemu denganmu di sini Kaito-kun,” ucapku berbalik sambil melambaikan tangan.

“Buruk bertemu denganmu, Ran Mouri”

“Kau bisa bercanda ternyata” balasku sambil berjalan meninggalkan Kaito di belakangku. Sesampainya di rumah aku mendapati banyak sekali makanan yang tersajikan di meja makan. Ayah memang sangat baik dalam urusan masak dan masakan buatannya pun sangat pas di lidah. Terima kasih Tuhan untuk hal itu.

“Dengar Ran. Malam ini kita akan kedatangan tamu untuk makan malam. Jadi bersikap manislah dan berpakaianlah yang baik,” ucap Ayah sambil merapikan tatanan meja makan. Aku meringis tak suka. Ini makan malam pertama di rumah ini dan kami kedatangnan tamu? Ah hari yang buruk. “Ha’I,” ucapku malas. “Otousan tau kamu akan senang setelah bertemu dengan tamu kita nanti,” ucap ayah sambil tersenyum. “Aku berharap,” ucapku semakin malas. Sespesial apakah tamu kami kali ini? Sampai ayah ku yang selalu tenang itu memerintahkan hal yang tidak biasa padaku. “Jadilah putri yang cantik untuk otousan nanti malam,” ucap ayah kemudian masih tersenyum. “I’m just beautiful me” tukasku malas.

-----------------------

Loving him is like trying to change your mind, once you already flying through the freefall. Like the colors in autumn so bright, just before they lose it all…

“Silahkan masuk,Ojii-san to oba-san,” ucapku sambil menundukkan badan, mempersilahkan tamu kami masuk. Sepertinya aku pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Tapi entahlah kapan. “Wah Ran-chan, kau cantik sekali. Oba-san heran kenapa Shin-chan bisa memutuskan hubungan kalian,” ucap bibi itu sambil berjalan masuk ke rumahku. Rambutnya berwarna coklat terurai panjang, lalu melengkung di bagian depannya. Aku menyukai mata birunya yang menenangkan itu. Tunggu dulu, Shin-chan? Shin-chan memutuskan hubungannya denganku? Siapa Shin-chan itu? Aku termenung memikirkannya. Namun menyerah setelah beberapa menit tebuang percuma. Itu hanya membuatku pusing.

“Konbawa Ran-chan,” suara seorang laki-laki yang terasa familiar di telingaku.


Aku menoleh lalu mendapati diri bahwa aku sudah tenggelam dalam mata birunya. Rambut coklat kehitamannya menjuntai menutupi beberapa bagian di wajahnya. Tunkaiku terasa lemas seketika, lalu air mata di pelupukku seakan berkumpul untuk memaksa keluar. “Ah! Kenapa kau di sini, brengsek?!” bentakku. Berusaha untuk tidak terpengaruhi oleh senyum laki-laki berpostur tinggi di hadapanku.

-------------------------------------------------------------------

Okeeh sepertinya akan berlanjut :3 ditunggu ya lanjutannya. *semoga ada yang penasaran* Jaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar