oi oi readers! elsya kembali dengan fanfict anime :3 elsya masih belajar dalam hal ini jadi harap maklum! nah di sini ada bbrp bahasa jepang yg biasa di gunakan bagi kalian yg gak paham silahkan di tanyakan di kolom komentar! kyaa check this out!
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Judul: Burning Red
Rate: T
Genre: romance,family
Author: El
Lenght: Chaptered
Disclaimer: Gosho Aoyama
RnR *beta fict* J
Pair: Ran Mouri, Shinichi Kudo, Kaito Kuroba
Rate: T
Genre: romance,family
Author: El
Lenght: Chaptered
Disclaimer: Gosho Aoyama
RnR *beta fict* J
Pair: Ran Mouri, Shinichi Kudo, Kaito Kuroba
“Saya Ran Mouri. Saya
pindah ke sini karena perkerjaan ayah saya. Terima kasih”
“Terima kasih atas
perkenalannya Mouri-chan. Nah sekarang silahkan duduk”
“Tapi sensei, saya
duduk dimana?”
“Kau bisa duduk di
samping Kuroba-kun,” ucap guru itu sambil menunjuk bangku kosong di samping
seorang anak laki-laki.
“Arigatto sensei,”
tukasku sambil berjalan menuju bangku kosong.
---------------------------------------------------
“Hey, aku Ran. Boleh
pinjam buku mu, Kuroba-san?” ucapku mencoba untuk berbicara dengan teman
kelasku yang baru. Dia memberikan buku itu tanpa sedikitpun menoleh kepadaku. Aku
menyerit kesal. Tidak mengerti apa yang membuat anak berambut hitam kecoklatan
di sampingku ini tidak menoleh sedikit pun. “Hey! Kau tidak tau cara bersikap
sopan pada perempuan, ya?” ucapku lagi, merasa jengkel. Dia menoleh sesaat,
lalu kembali menatap ke depan. Sial. Aku mendengus. Kenapa aku harus pindah ke sini hanya karena
urusan pekerjaan ayahku?
#Bel Berdering
“Kau bisa meminta buku
itu ke wali kelas kita,” ucap Kuroba sambil merapikan buku-bukunya. Dia
tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya ke arahku. “Yah, terima kasih atas
informasinya Kuroba-san, tapi sayangnya aku tidak tau siapa wali kelas kita,”
balasku kesal sambil ikut merapikan buku-buku ku. Laki-laki di hadapanku
terdiam selama beberapa saat. Lalu menatapku jengah. “Kaito. Panggil aku Kaito.
Kau hanya perlu pergi ke ruang guru lalu carilah Alex Sensei,” ucapnya sambil
berjalan pergi. “Tuhan. Semoga wali kelas kita punya alasan yang baik atas
sikap muridnya yang buruk itu” ucapku. Setelah itu aku memasukkan buku-buku ku
ke dalam loker dan mencoba untuk pulang. Ah, rumah pasti akan terasa sepi tanpa
ayah dan Conan (Dia adikku dan dia masih di LA bersama kakek-nenekku).
Aku mengemudikan mobil
ku pelan-pelan. Berusaha untuk selambat mungkin sampai ke rumah. Aku menikmati
suasana Jepang yang nyaman ini. Sesampainya di rumah tiba-tiba saja
handphoneku berbunyi.
“yup”
“Bagaimana sekolahnya
sayang?”
“Baik, kenapa?”
“Oh, tidak ada yang
salah, kok”
“Ok”
“Jangan lupa makan
siang ya? Tadi tousan sudah buatkan sushi lihat saja di meja makan”
“Hai otousan. Love
you”
“Jaa”
Sepertinya aku butuh
tidur siang.
--------------------------------------
Loving him is like
driving a new maseraty down a dead end street. Faster than then wind,
passionate as sin, ended so suddenly…
“Tousan, sepertinya
aku membutuhkan jalan-jalan sebentar. Yah, aku mau mengenal lingkungan baru
kita,” ucapku berdiri di depan pintu depan. Warna emas sudah menghiasi langit,
seakan-akan merebutan untuk memamerkan warna indahnya pada penikmat di bumi. “itu
ide yang bagus. Kamu mau tou-san ikut?” Tanya ayahku menawarkan diri. “Ah! Sepertinya
tidak perlu. Mungkin nanti aku bisa berteman dengan orang-orang yang baru ku
temui,” ucapku sambil tersenyum. Ayahku memang sedikit khawatiran. “Anakku sudah
lebih dewasa ternyata. Ya sudah kau boleh pergi” ucap ayah mempersilahkan. Aku
berjalan ke luar rumah, mulai melihat sekitar dan mencoba menikmati suasana
sore. “Ran! Jangan lupa pulang sebelum jam makan malam!” ucap ayah sedikit
berteriak. Aku menoleh, lalu mengangguk. “Dimengerti!” balasku sedikit
berteriak juga.
Aku memilih lagu
favoritku di Ipod dan berjalan-jalan pelan. Lingkungan di sini sangat indah.
Daun-daun berwarna hijau berubah menjadi sedikit keemasan ditimpa matahari
sore. Aku mendelik ketika menemukan danau kecil yang berada dekat dengan
rumahku. Pikirku, ternyata ada juga danau menyerupai kanal di sini. Kalau aku
bosan ini bisa menjadi tempat yang cocok untuk melepas penat. Aku melihat
beberapa pasangan yang sedang menikmati indahnya danau. Danau itu di kelilingi
oleh rumpun lily berwarna jingga. Selaras dengan warna senja yang terpantul di
genanang danau. Seandainya aku bisa menjadi salah satu dari mereka dengan pacar
baruku. Mantan ku benar-benar tidak pantas ditawari untuk menikmati keindahan
danau ini dengan ku. Aku masih menikmati keindahan danau sampai tiba-tiba ada
yang menegurku.
“Sumiimasen, jika kau
tidak langsung memindahkan langkahmu, kau akan terjatuh ke danau” ucapnya dengan
nada peduli yang dipaksakan.
“A-arigatto..” ucapku
kaget lalu menoleh untuk memerhatikan orang yang menegurku. “Ah! Kaito-kun!”
ucapku sedikit berteriak karena lebih kaget dari sebelumnya.
“Kau tidak perlu sekaget
itu. Uhh!? Ran? Apa yang kamu…”
“Apa yang aku lakukan
di sini? Jalan-jalan,” tukasku memotongnya.
“Tapi kenapa….”
“Kenapa ke sini? Tentu
saja karena rumahku berada tidak jauh dari sini”
“Hey! Kau membaca
pikiranku!”
“Jangan salah paham
dulu. Pikiranmu itu terlalu mudah untuk dilihat!”
“Ya ampun. Kenapa kamu
harus pindah ke sini, sih?”
“Ya ampun juga, aku
sudah memberitahukan alasannya”
“Ya apa katamu saja.
Aku harus pergi”
“Sepertinya aku juga
harus pergi. Ini sudah hampir waktu makan malam. Senang bertemu denganmu di
sini Kaito-kun,” ucapku berbalik sambil melambaikan tangan.
“Buruk bertemu
denganmu, Ran Mouri”
“Kau bisa bercanda
ternyata” balasku sambil berjalan meninggalkan Kaito di belakangku. Sesampainya
di rumah aku mendapati banyak sekali makanan yang tersajikan di meja
makan. Ayah memang sangat baik dalam urusan masak dan masakan buatannya
pun sangat pas di lidah. Terima kasih Tuhan untuk hal itu.
“Dengar Ran. Malam ini
kita akan kedatangan tamu untuk makan malam. Jadi bersikap manislah dan
berpakaianlah yang baik,” ucap Ayah sambil merapikan tatanan meja makan. Aku
meringis tak suka. Ini makan malam pertama di rumah ini dan kami kedatangnan
tamu? Ah hari yang buruk. “Ha’I,” ucapku malas. “Otousan tau kamu akan senang
setelah bertemu dengan tamu kita nanti,” ucap ayah sambil tersenyum. “Aku
berharap,” ucapku semakin malas. Sespesial apakah tamu kami kali ini? Sampai
ayah ku yang selalu tenang itu memerintahkan hal yang tidak biasa padaku.
“Jadilah putri yang cantik untuk otousan nanti malam,” ucap ayah kemudian masih
tersenyum. “I’m just beautiful me” tukasku malas.
-----------------------
Loving him is like
trying to change your mind, once you already flying through the freefall. Like
the colors in autumn so bright, just before they lose it all…
“Silahkan masuk,Ojii-san
to oba-san,” ucapku sambil menundukkan badan, mempersilahkan tamu kami masuk.
Sepertinya aku pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Tapi entahlah kapan.
“Wah Ran-chan, kau cantik sekali. Oba-san heran kenapa Shin-chan bisa
memutuskan hubungan kalian,” ucap bibi itu sambil berjalan masuk ke rumahku.
Rambutnya berwarna coklat terurai panjang, lalu melengkung di bagian depannya.
Aku menyukai mata birunya yang menenangkan itu. Tunggu dulu, Shin-chan? Shin-chan
memutuskan hubungannya denganku? Siapa Shin-chan itu? Aku termenung
memikirkannya. Namun menyerah setelah beberapa menit tebuang percuma. Itu hanya
membuatku pusing.
“Konbawa Ran-chan,”
suara seorang laki-laki yang terasa familiar di telingaku.
Aku menoleh lalu
mendapati diri bahwa aku sudah tenggelam dalam mata birunya. Rambut coklat kehitamannya
menjuntai menutupi beberapa bagian di wajahnya. Tunkaiku terasa lemas seketika,
lalu air mata di pelupukku seakan berkumpul untuk memaksa keluar. “Ah! Kenapa
kau di sini, brengsek?!” bentakku. Berusaha untuk tidak terpengaruhi oleh senyum
laki-laki berpostur tinggi di hadapanku.
-------------------------------------------------------------------
Okeeh sepertinya akan berlanjut :3 ditunggu ya lanjutannya. *semoga ada yang penasaran* Jaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar